Hadits yang Diperbarui
Berikut ini hadits-hadits yang diriwayatkan. Ibnu Rajah Al-Hambali rahimahullah berkata, “Hadits-hadits ini seperti hadits-hadits yang shahih dan berasal dari sumber yang berbeda.” ( Jami' Al-'Ulum dan Al-Hikam , 2:394). Nama, hadits-hadits ini tidak disebutkan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali radhiyallahu ‘anhu, yang berkata: “Kita diperintahkan oleh Allah agar beramal saleh dan bersabar terhadap orang lain.” Sang pencipta disebut Ibn Rajab dalam Jami' al-'Ulum dan al-Hikam, 2:395.
Ayat-ayat yang menggambarkan Anda juga disebutkan dalam hadits Nabi.
Maka demi Tuhanmu, mereka tidak akan beriman hingga mereka menjadikanmu (Muhammad) memutuskan perkara tentang apa yang mereka pertikaian di antara mereka, kemudian mereka tidak merasa keberatan dengan keputusanmu itu, dan mereka pun tunduk patuh.
“ Adapun aku, mereka (orang-orang saleh) tidak meninggalkan di belakang mereka unta yang telah mereka pisahkan darinya, dan mereka tidak meninggalkan di belakang mereka unta yang telah mereka pisahkan darinya, dan mereka tidak meninggalkan di belakang mereka unta yang telah mereka pisahkan darinya .” (QS. An-Nisa': 65)
Tidaklah pantas bagi orang mukmin laki-laki dan perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara, mereka dapat memilih dalam memutuskannya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah sesat dan tersesat.
“ Dan apabila orang-orang yang bertakwa tidak diberi pahala seperti orang-orang yang bertakwa, dan apabila orang-orang yang bertakwa tidak diberi pahala seperti orang-orang yang bertakwa, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan jalan kepadamu, meskipun hamba-hamba mereka tidak diberi pahala seperti orang-orang yang bertakwa. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini adalah kebenaran, kebenaran adalah kebenaran .” (QS. Al Ahzab: 36)
Ibnu Rajab rahimahullah juga berkata, “Al-Qur’an telah menurunkan kepada Allah Dzat yang memberi karunia kepada diri-Nya atau kepada orang-orang yang dicintai Allah.” ( Jami'ul 'Ulum wa Al-Hikam , 2:395). Dalam ayat-ayat yang diriwayatkan oleh Ibnu Rajab, semoga Allah merahmatinya ,
Yang demikian itu adalah karena mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah, maka Allah hapuskan amal-amal mereka.
“ Orang yang diberi gelar ini ialah orang yang diberi gelar itu oleh Allah (Al Quran) dan kepadanya Allah telah memberikan keberkahan dan keselamatan .” (QS.Muhammad:9)
Meskipun tidak tersedia dalam bahasa yang sama,
Yang demikian itu adalah karena mereka mengikuti apa yang membuat Allah murka dan membenci keridhaan-Nya, maka Allah hapuskan amal-amal mereka.
“ Barangsiapa yang telah diberi petunjuk menuju Tuhannya dengan izin Allah, padahal Tuhannya itu tidak berhak disembah, maka Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka menuju keridhaan-Nya .” (QS.Muhammad:28)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Orang yang berhak mendapatkan keberkahan Allah dan kedamaian atas dirinya adalah orang yang berhak disembah dan ditaati (kepada Allah) dan orang yang berhak disembah.” ( Jami'ul Ulum wa Al Hikam , 2:396)
Katakanlah: "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah yang kamu senangi, adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."
“ Katakanlah: “Jika bapak-bapak, adik-adik, kawan-kawan, orang asing-kawan, orang asing-kekasih, tetangga-kekasih, tetangga-kekasih itu orang yang dizalimi, orang yang dizalimi karena dosa-dosanya, dan orang yang dizalimi karena dosa-dosanya, maka perintah Allah pun diterima.” Dan Allah tidak menjadikan seorang pun dari anggota tubuhmu seperti kamu menjadi orang yang bodoh .” (QS. At-Taubah: 24)
Ketika ayat tersebut diturunkan,
Katakanlah: "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
“Jika kamu (orang-orang beriman) meminta sesuatu kepada Allah, niscaya Allah akan menyiksa kamu dan menyiksa kamu. ” Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk kepada kita ke jalan yang benar .” (QS. Ali Imran: 31)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami bersyukur kepada Allah atas kebaikan-kebaikan-Nya kepada kami.” Maka Allah SWT menurunkan doa ini kepada-Nya, yaitu di Surat Ali Imran ayat 31 di awal surat tersebut. ( Jami'ul Ulum wa Al Hikam , 2:396)
Dari Anas Radhiyallahu 'anhu , semoga Allah meridhoinya, Rasulullah , semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian ,
Tiga hal, barangsiapa memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman: Bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada kedua hal itu, bahwa ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan bahwa ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api neraka.
“ Orang yang beriman akan mendapat hidayah dengan keimanannya: [1] orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dari Tuhannya, [2] orang yang taat kepada Allah semata, [3] orang yang menyendiri karena Allah dan menyendiri tanpa ada yang mengganggunya .” (HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim no. 43)
Cuci Mobil Rasul
Berdoa merupakan salah satu ibadah agung yang dikaruniakan Allah kepada kita. Jika kamu memakan sesuatu, maka kamu pun akan memakan sesuatu dengan kebaikan sunnah. Itu masih dibutuhkan.
Awal mula salat wajib adalah ketika sekelompok umat Islam berdoa kepada Allah agar diberi keleluasaan dari hal-hal yang dilarang. Langkah pertama adalah menambahkan lebih banyak bahan ke dalam campuran (jenis yang paling murni).
Dalam hadits ini , semoga Allah memberkahi dan memberinya kedamaian,
Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh umat manusia.
“ Jika Anda berada di antara dua ekstrem, Anda akan selalu menjadi orang yang memberi Anda kekuatan, tetapi Anda juga orang yang memberi kekuatan pada umat manusia. (HR. Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)
Dalam riwayat-riwayat Muslim,
Tidaklah sempurna iman seseorang hingga aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.
“ Aku selalu mencintai suamiku, dan aku sangat mencintainya sehingga aku tidak bisa mengambilnya kembali, aku juga tidak bisa mengambilnya kembali .” (HR. Muslim no. 44)
Rasulullah saw, semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian, mengutus kami dari sisinya.
Dari Abdullah bin Hisham, semoga Allah memberkahinya,
Kami bersama Nabi saw, semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian, dan beliau memegang tangan Umar bin Khattab. Umar berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada apa pun kecuali jiwaku sendiri.” Rasulullah saw bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan pernah terjadi, hingga aku lebih kamu cintai daripada dirimu sendiri.” Umar berkata kepadanya: Demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada jiwaku sendiri. Nabi, semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian, berkata: “Sekarang, Umar.”
“ Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Umar bin Khattab memberi tahu kami tentang hal ini. Umar berkata atas nama Nabi, “Wahai Rasulullah, aku telah mengutus kepadamu dua orang utusan dari Allah, dan aku akan mengutus kepadamu dua orang utusan dari Allah.” Nabi Muhammad, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, berkata, “Tidak ada Tuhan selain Allah.” Beberapa dari kalian ada di Tang Nya, tapi aku tidak punya pilihan selain mengirimkan rasa cintaku.” Umar berkata, “Ya Allah, aku mengutus kamu dari Tuhanku.” Nabi Muhammad (saw) bersabda, “Aku lahir dari musibah Umar. (HR. Bukhari, no. 6632).
Timbulnya maxi dan bid'ah
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Siapa saja yang paling berilmu dan paling taat pada agama ini, maka ia akan diganjar dengan pahala yang paling besar dari Allah dan Rasul-Nya.” ( Jami'ul Ulum wa Al Hikam , 2:397)
Adapun yang diberi Allah adalah seorang musisi.
Jika mereka tidak mau mendengarkanmu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka sendiri. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
“ Jika mereka tidak memberimu izin untuk melakukan hal itu, maka mereka akan memberimu izin untuk melakukan hal itu.” Dan orang yang duduk di antara orang-orang yang telah kehilangan kesabarannya terhadap Allah, maka dia tidak berhak disembah. Sesungguhnya Allah tidak menyiksa orang-orang yang berbuat jahat . (QS. Al-Qashshash: 50)
Ibnu Rajab rahimahullah juga berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ... ( Jami'ul Ulum wa Al Hikam , 2:397)
Semoga Allah memberkahimu
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Adapun orang yang diberi karunia ini, maka kami telah diberi kewajiban untuk bersedekah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami telah bersedekah kepada Allah dan kepada setiap hamba Allah yang ada dalam keadaan ini, untuk Rasulullah, untuk Nabi, untuk orang-orang yang shaleh, orang-orang yang berakal, dan orang-orang yang bertakwa.” “Kareena adalah wanita yang beriman, jadi apapun yang kamu lakukan, itu semua karena Allah.” ( Jami' Al-'Ulum dan Al-Hikam , 2:398)
Apa perbedaan antara keduanya?
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ketika ‘al-Hawa’ diikuti oleh gelombang kebahagiaan kedua, yang diikuti oleh gelombang kebahagiaan ketiga, Allah Ta’ala berfirman ,
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu, karena hawa nafsu itu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
“ Dan jika kamu tidak menyingkirkan hijab itu, maka kamu akan disingkirkan dari pandangan Allah .” (QS.Shad: 26)
Adapun orang yang takut kepada kedudukan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempatnya.
“Dan orang-orang yang dikelilingi oleh kegelapan dan tidak dibimbing oleh cahaya, sekelilingnya akan ditutupi oleh kegelapan.” (QS. An-Nazi'at: 40-41)
Yaitu, “ al-Hawa ” adalah kata yang indah dan unik. Mesin ini dirancang untuk digunakan dalam memasak dan memanggang. “Ini juga digunakan dengan bantuan seorang pengrajin terampil dan seorang pengrajin terampil.” ( Jami' Al-'Ulum dan Al-Hikam , 2:398-399)
hadits-hadits faedah
- Udara dibersihkan dari matahari.
- Orang yang beriman adalah orang yang beriman, tetapi imannya lemah dan tidak dapat dipercaya.
- Inilah yang kita katakan: (a) Mahmoud (agung) dan (b) madzmum (agung). Mahmoud sangat bangga pada dirinya sendiri, dan dia sangat bangga pada ibunya.
- Selamat datang di Suriah bersama Islam.
- Saya percaya bahwa hanya melalui iman dan ilmu pengetahuanlah kita dapat menjadi penganut sejati Sunnah dan Jama'ah.
Dari Hadits
- Sesuatu yang disebut shalat malam merupakan suatu ucapan selamat, atau pertanda datangnya malapetaka (ghawa).
- Wajib dikenal karena pengetahuan dan kebijaksanaannya. Pakaian kami dipotong, dan kaki kami diluruskan.
- Mereka yang tidak mampu, akan diberi pahala atas perbuatannya, alhamdulillah.
Pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan keinginannya sendiri sebagai tuhannya?
“ Bagaimana mungkin orang sepertimu menjadi orang asing bagi seseorang yang sudah kehilangan kesabarannya? (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Saya harap Anda melakukannya.
Sumber https://rumaysho.com/25076-hadits-arbain-41-mengikuti-sunnah-nabi-tundukkan-hawa-nafsu.html
Bacalah syarah hadits ini
Hadits ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Al-Bukhari:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai aku lebih daripada cintanya kepada anak-anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhari)
Yang dinafikan dalam kedua hadits ini adalah kesempurnaan iman yang wajib. Yang dinafikan bukan pokok iman. Sehingga kalau masih ada sebagian dari kita yang kecintaannya masih tidak mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kalau kecintaannya masih menyelisihi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka berarti dia tidak kafir. Karena yang dinafikan adalah kesempurnaan iman. Tapi dia berdosa karena yang dinafikan dalam hadits ini adalah kesempurnaan iman yang wajib.
Jadi seorang muslim itu memiliki pokok iman. Kemudian juga memiliki kesempurnaan iman. Dan kesempurnaan iman ini ada yang wajib juga ada yang sunnah. Kalau yang dinafikan adalah kesempurnaan iman, maka itu adalah kesempurnaan iman yang wajib. Adapun kesempurnaan iman yang sunnah berupa amalan-amalan sunnah, maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menafikan iman seseorang ketika mereka meninggalkan kesempurnaan iman yang sunnah itu.
Di sini Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menafikan iman dari umat Islam yang masih menjadikan cintanya menyelisihi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan:
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia menjadikan kecintaannya mengikuti kebenaran yang aku bawa.”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala menambahkan bahwasanya yang lebih sering terjadi adalah sebagian orang itu mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, amalan-amalannya mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tapi ada sebagian yang masih tidak mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena kalau seandainya dia menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam segala sesuatu, maka tentunya dia bukan seorang muslim. Tapi dalam konteks seorang muslim, kalau dia menyelisihi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka pastinya dia hanya menyelisihi sebagian saja. Tidak mungkin menyelisihi semuanya.
Oleh karenanya itulah yang membuat bahwasanya yang dinafikan dalam hadits ini adalah kesempurnaan iman yang wajib, bukan pokok iman, juga bukan kesempurnaan iman yang sunnah.
Kemudian bisa juga kita menerjemahkan hadits ini dengan mengatakan: “Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia menjadikan hawa nafsunya mengikuti kebenaran yang aku bawa.”
Di sini menunjukkan bahwa nafsu itu kadang-kadang bermakna positif, kadang-kadang bermakna negatif.